Panggilan bukan Profesi
Suatu kehormatan ketika dipanggil menjadi pelayan-Nya Tuhan. salah satunya menjadi seorang Guru. Tidak banyak minat seseorang menjadi seorang guru mungkin karena penghasilan dan jasa yang dikeluarkan tidak seimbang atau sering dianggap remeh. padahal tanpa seorang guru seorang murid dapat belajar menjadi anak yang memiliki attitude dan displin yang tinggi. Tuhan terlebih dahulu menjadi seorang guru untuk menjadi teladan bagi murid-muridnya. Saat ini, Tuhan memanggil kita sebagai guru menjadi wakil-Nya untuk mengajarkan kebenaran Firman Tuhan lewat mata pelajaran yang di ajarkan.
Panggilan Sebagai Guru Kristen
Tawa bahagia anak-anak |
Panggilan Sebagai Guru Kristen
Van Brummelen (2009) menyatakan bahwa mengajar memiliki dasar keagamaan dan fokus kita menjadi jelas. Kita menyadari bahwa mengajar sebagai panggilan atau pelayanan dengan tujuan memperlengkapi para murid bagi pekerjaan pelayanan (Efesus 4:12). Sebagai guru, hendaklah mengerjakan panggilan ini dengan segenap hati seperti bekerja untuk Tuhan dan bukan untuk school board (yayasan atau dewan sekolah) atau bahkan untuk murid-murid kita (Kolose 3:23). Kita adalah “bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri” yang memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia (1 Petrus 2:9). Menerapkan otoritas yang Tuhan berikan sesuai dengan panggilan sampai batas tertentu, namun wawasan tentang pendidikan juga harus terus diperdalam. Wawasan seperti itu tumbuh sebagai hasil pembelajaran Alkitab, membaca dan mendiskusikan hal-hal mengenai pendidikan, dan terutama mengajar dengan cara-cara yang tajam dan mendalam.
1 Petrus 2:9 menyatakan dengan jelas bahwa Tuhan memanggil guru, sama seperti saat Dia memanggil semua orang percaya, untuk menjadi imam (imamat yang rajani). Oleh karena itu, sebagai guru Kristen hendaklah mengembangkan komunitas belajar yang penuh kasih dan penuh perhatian di dalam kelas. Guru Kristen menerima semua murid seperti apa adanya mereka, bukan berarti selalu tutup mata terhadap kesalahan yang mereka lakukan.
Dengan berdoa, menjadi mediator dalam menyembuhkan hubungan yang rusak. Pertobatan dan penyerahan seorang guru Kristen kepada Kristus memampukan mereka menjadi mediator di dalam situasi yang rusak. Menjadi pendengar, dengn kesabaran dan penuh kasih dikerjakan dengan hati-hati kepada murid-murid yang terlibat dalam hubungan yang rusak serta menegur mereka untuk membawa pemulihan. Sebagai imam, guru Kristen adalah duta Kristus, yang mengalami dan menunjukkan kasih-Nya yang memulihkan.
Amanat Agung
Guru Kristen adalah mereka yang sudah mengalami kelahiran kembali di dalam Kristus, harus menjadi model sebuah kehidupan yang bersandar pada realitas, yang berarti karena Tuhan menciptakan para guru tersebut sedikit lebih rendah daripada malaikat dengan otoritas untuk bekerja bersama-Nya (Tuhan) dalam mengelola ciptaan-Nya. Kehidupan seperti itu harus menunjukkan bahwa pekerjaan dan kinerja seorang guru yang baik merupakan persembahan kepada Tuhan sebagai ungkapan syukur, bukan apa yang dilakukan untuk memastikan Dia menerima pekerjaannya. Rasa aman para guru ada di dalam karya Tuhan di kayu salib saja, baik ketika berpikir tentang posisi di hadapan Tuhan maupun manusia. Ketika penebusan oleh Tuhan melalui kesatuan dengan Kristus, Roh Allah menjadi kekuatan yang mengendalikan kehidupan para guru Kristen tersebut. Saat dipenuhi Roh Kudus, bukti tertentu yang disebut “buah” muncul. Guru harus menunjukkan buah-buah tersebut, terlepas dari karakter tertentu yang mereka miliki.
Alkitab mendefinisikan buah itu sebagai kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Galatia 5:22-23). Guru secara jelas dipanggil untuk menunjukkan kasih, kesabaran, dan kebaikan terhadap murid-murid terlepas dari kepribadian mereka yang beragam dan sulit. Kerendahan hati harus dilakukan apakah sifat gurunya bersemangat atau sangat pemalu. Damai sejahtera harus ditunjukkan apakah gurunya tipe pemimpin yang kuat atau tipe pengikut yang pendiam.
Di atas semuanya itu, kasih yang menjadi karakter guru harus ditunjukkan dalam pengampunan. Dan seperti kebanyakan guru yang lain, sebuah ruangan yang dipenuhi murid-murid sepanjang tahun, dapat menciptakan berbagai kesempatan untuk mengampuni. Sehingga suasana kelas penuh dengan kasih yang mendukung semangat untuk belajar.
Penanaman Nilai
Sebagai konsekuensinya, sebelum mengajar para murid, guru harus memahami kebenaran terlebih dahulu. Graham (2009) menyebutkan bahwa guru harus memahami dan hidup berdasarkan kebenaran bahwa harga diri dan identitas berasal dari tujuan Tuhan menciptakannya, dan rasa aman harus berasal dari pengertian apa yang Yesus Kristus telah lakukan di kayu salib. Dunia melandaskan identitas dan rasa aman melalui kinerja atau kepemilikan sesuatu seperti kecantikan, kepintaran, kekuatan, kekayaan, atau jabatan. Jika identitas dan rasa aman sebagai guru tergantung pada kinerja dan kepemilikan, maka guru Kristen hanya menemukan dasar ini ternyata rapuh dan fana, dan tanpa disadari guru mempengaruhi murid-muridnya mengejar ilusi yang sama.
Comments
Post a Comment